Hamil, Lalu Diusir? “Jangan Bawa Nama Moral Kalau Ko Tra Paham Kesetaraan”

Mei 19, 2025 | Opini

Hai, Sobat Puan yang pemberani yang masih punya hati!

Hari ini,Sa ingin menantang kamorang untuk duduk sebentar. Bukan sekadar membaca, tapi merasakan. Karena ada yang terasa ganjil, getir, dan sudah terlalu lama tong diamkan: perempuan muda yang hamil, lalu diusir dari asrama.

Apa katanya? “Melanggar tata tertib.”
Apa maksudnya? “Tak mencerminkan nilai moral.”
Apa hasilnya? Pengusiran. Stigma. Penghakiman. Dan sepi yang panjang.

Tapi tunggu—apa benar kehamilan adalah aib? Atau tong yang masih terlalu malas membedakan mana kesalahan, mana kehidupan?

Siapa yang Salah, Siapa yang Disingkirkan?

Lucu ya. Saat dua orang membuat keputusan bersama (ya, kehamilan bukan sulap solo!), hanya satu yang dihukum. Perempuan. Mahasiswi. Ia yang tubuhnya berubah, ia pula yang diusir.

Yang laki-laki? Entah. Mungkin masih duduk manis di asrama, mungkin jadi panitia kampus, mungkin bahkan sedang bicara soal “kesetaraan gender” di seminar yang disubsidi negara. Kalau ini bukan ketimpangan, lalu apa?

Asrama Harusnya Rumah, Bukan Ruang Penghakiman

Kitorang selalu teriak soal pendidikan karakter. Tapi bagaimana caranya mendidik karakter kalau sistem malah menendang orang yang sedang rapuh? Bagaimana bisa bicara kasih dan nilai moral, kalau yang tong tunjukkan adalah pengucilan, bukan pelukan?

Mahasiswi yang hamil bukan kriminal. Mereka butuh perlindungan, bukan penghakiman. Butuh konseling, bukan cap merah.

Dan hei, jangan salah. Mengandung itu bukan lelucon. Ia menuntut keberanian luar biasa, kekuatan fisik, mental, dan… ya, keberanian untuk tetap berdiri ketika semua orang menjauh.

Kesetaraan Bukan Slogan, Tapi Sikap

Jadi kalau kam masih pikir mengusir itu bentuk “pendisiplinan”—wake up, Babe! Itu namanya diskriminasi. Dan kita hidup di zaman di mana kesetaraan bukan pilihan, tapi kewajiban.

Kalau ingin adil, berhentilah menghukum tubuh perempuan.

Kalau ingin bermoral, jangan hanya soal selangkangan—lihat juga cara kita memperlakukan sesama manusia.

Kalau ingin kampus yang beradab, mulailah dengan tidak membiarkan peraturan menindas yang sudah lemah.

Sudah Waktunya Kita Ubah Aturan yang Usang

Buat para pengambil keputusan: dengar torang.
Asrama bukan benteng suci yang bebas dari realitas kehidupan. Ia adalah tempat bertumbuh. Dan kadang, dalam pertumbuhan itu, ada luka. Ada kekeliruan. Tapi juga ada peluang untuk memperbaiki dan memperkuat.

Dan buat kam, perempuan muda yang sedang menjalani kehamilan dengan seribu rasa campur aduk: kau bukan sendiri. Kau bukan rusak. Kau tetap utuh. Dan kau pantas mendapat ruang yang aman.

Port Numbay, 19 Mey 2025
Sudah saatnya berhenti menyalahkan rahim, dan mulai menyembuhkan sistem yang timpang.